Digital Cinema merupakan visualisasi dari gambar bergerak atau video dalam bentuk digital. Berbicara mengenai Digital Cinema pastinya tidak lepas dari teknologi yang digunakan. Teknologi tersebut merupakan teknologi digital dalam mempresentasikan, menampilkan, dan menayangkan gambar bergerak.
Dalam proses pembuatannya, digital cinema dapat dibuat dengan mengkonversikan dari format 35 milimeter ke format
High Definition (HD). Hasil dari konversi tersebut kemudian dikoreksi dan disatukan oleh editor film dengan menggunakan software pengolah visual. Semua elemen suara, gambar sebagai hasil produksi kemudian didistribusikan untuk ditayangkan menggunakan proyektor.
Perbedaan Digital Cinema
Sebelum berlanjut pada proyektor sinema digital, kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang perbedaan sinema digital dengan sinema konvensional. Dalam hal ini, terdapat perbedaan yaitu dalam visualisasi dan kualitas suara. Pada sinema digital, visualisasi gambar lebih jernih, bisa dirasakan seperti melihat gambar bergerak pada televisi dan untuk kualitas suara sinema digital sudah menggunakan teknologi
Dolby Sorround. Sementara sinema konvesional proses visualisasi gambar masih menggunakan pita seluloid dan kualitas suara yang juga masih standar, hal ini jauh berbeda dengan sinema digital.
Proyektor Digital Cinema
Proyektor diperlukan untuk menayangkan sinema digital. Proyektor ini pun berbeda dengan proyektor yang digunakan untuk menayangkan sinema konvensional. Terdapat dua jenis proyektor, yaitu
DLP atau
Digital Light Processing dan
DCI atau
Digital Cinema Initiative. Kedua jenis proyektor tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda seperti contoh DLP yang mempunyai resolusi 1280 x 1024 yang setara dengan 1.3 Megapixel.
Digital Cinema atau Sinema Digital memiliki banyak sekali keuntungan dan di Indonesia pun hampir semua sinema sudah menggunakan teknologi digital salah satunya menggunakan proyektor berteknologi DLP.